Makassar,matacelebes - Di negara Thailand, petani dihargai sebagai penggerak utama pembangunan pedesaan, Pemerintah mendukung penuh dengan sistem irigasi modern, akses modal murah, serta pelatihan berbasis teknologi hingga Pertanian di Thailand menunjukkan bahwa sawah bukan hanya tempat menanam padi, tetapi juga simbol kemajuan ekonomi dan kemandirian pangan.
Hasilnya, Thailand mampu menjadi salah satu eksportir beras terbesar di dunia, sementara petaninya hidup lebih sejahtera dan produktif.
Keberhasilan Thailand tidak lepas dari cara mereka mengelola air dan tanah secara bijak. Irigasi dibangun bukan hanya untuk satu desa, tapi menghubungkan banyak wilayah pertanian dalam satu sistem terpadu.
Petani pun tidak bergantung pada musim hujan semata. Ini menjadi contoh nyata bahwa investasi infrastruktur pertanian adalah kunci ketahanan pangan nasional, bukan sekadar proyek musiman.
Selain itu, penggunaan varietas unggul dan mekanisasi pertanian mempercepat proses tanam dan panen. Mesin-mesin modern mengurangi biaya tenaga kerja dan meminimalkan kehilangan hasil.
Namun yang paling penting, Thailand tetap menjaga keseimbangan dengan lingkungan melalui pemupukan organik dan pengendalian hama alami. Modernisasi tidak menghapus nilai-nilai lokal, tetapi justru memperkuatnya dengan ilmu dan inovasi.
Kekuatan lain Thailand terletak pada peran koperasi tani yang solid. Petani tidak berjalan sendiri, melainkan bergabung dalam kelompok yang mengatur pembelian pupuk, pengolahan pascapanen, hingga penjualan beras.
Dengan begitu, mereka memiliki posisi tawar yang kuat di pasar. Kolaborasi antara petani, koperasi, dan pemerintah inilah yang menjadikan sistem pertanian Thailand stabil dan berdaya saing tinggi.
Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sama, bahkan lebih besar dari Thailand. Namun potensi itu sering terhambat oleh lemahnya koordinasi, kebijakan yang berubah-ubah, dan kurangnya kepercayaan terhadap petani.
Sudah saatnya kita meniru semangat Thailand, memperlakukan petani sebagai mitra strategis pembangunan, bukan hanya penerima bantuan. Jika sawah dikelola dengan ilmu dan kebersamaan, ia akan menjadi sumber kemakmuran, bukan sekadar ladang yang menunggu hujan datang.
Cara Thailand bertani di sawah dikenal efisien, modern, dan tetap menjaga kearifan lokal. Negara ini adalah salah satu eksportir beras terbesar di dunia karena sistem pertanian sawahnya sangat terencana. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Pengelolaan Air yang Canggih
Thailand memiliki sistem irigasi terintegrasi dari bendungan, kanal, dan pompa air yang dikelola pemerintah. Air diatur sesuai musim dan kebutuhan tanaman. Petani jarang kekeringan atau kelebihan air. Beberapa wilayah memakai irigasi tetes untuk efisiensi.
2. Pemilihan Varietas Padi Unggul
Petani Thailand menanam varietas unggul seperti: Jasmine Rice (Hom Mali) – beras aromatik khas Thailand. RD Series (Rice Department varieties) – tahan hama dan hasil tinggi. Mereka rutin mengganti varietas sesuai kondisi tanah dan pasar ekspor.
3. Penggunaan Mekanisasi Modern
Traktor mini, mesin tanam (rice transplanter), dan mesin panen (combine harvester) sudah umum. Tujuannya: hemat tenaga kerja dan waktu. Di desa, petani sering patungan membeli alat bersama (koperasi tani).
4. Pemupukan dan Pestisida Tepat Guna
Thailand mendorong pemupukan berimbang (NPK + organik). Banyak daerah sudah menggunakan pupuk organik dari jerami atau limbah ternak. Pestisida digunakan berdasarkan deteksi hama, bukan rutin setiap minggu, agar lebih ramah lingkungan.
5. Penerapan Teknologi Digital
Petani memanfaatkan aplikasi cuaca, harga beras, dan peta tanah digital dari pemerintah. Ada program “Smart Farmer Thailand” yang melatih petani memakai teknologi dan data.
6. Sistem Tanam Bergilir dan Tumpangsari
Setelah panen padi, banyak petani menanam sayuran, kacang hijau, atau jagung. Tujuannya menjaga kesuburan tanah dan menambah pendapatan.
7. Dukungan Pemerintah dan Koperasi
Ada bank pertanian khusus petani (BAAC) yang memberi pinjaman bunga rendah. Koperasi tani membantu menjual gabah langsung ke pabrik, menghindari tengkulak.
8.Pengolahan Pasca Panen yang modern
Gabah dikeringkan dengan mesin dryer, bukan dijemur di jalan. Hasilnya: kualitas beras tinggi dan tahan simpan lama. Banyak desa punya rice milling unit (RMU) sendiri.
9. Wisata Edukasi Pertanian
Thailand juga menggabungkan sawah dengan agrowisata dan edukasi, misalnya di provinsi Chiang Mai dan Suphan Buri — wisatawan belajar menanam padi sambil menikmati budaya lokal.
0 Komentar