Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Lintas Organisasi Inisiasi Pengelolaan Sampah Inklusif di DAS Suso



Luwu,matacelebes - Kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, perempuan dan pemuda kerap kali tidak dilibatkan dan tidak mendapatkan edukasi terkait pengelolaan sampah dan pelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal itu tidak lepas dari stigma sosial di masih menutup ruang dan akses bagi mereka untuk berperan aktif dalam proses pembangunan termasuk pelestarian lingkungan. 

Pelatihan Pengelolaan Sampah Inklusif untuk Pelestarian DAS Suso yang dilaksanakan  di Desa Cakkeawo Kecamatan Suli Kabupaten Luwu merupakan salah satu upaya memperkuat kapasitas dan peran penyandang disabilitas  perempuan dan pemuda dalam pengelolaan sampah dan pelestarian daerah aliran sungai. Kamis, 23 Oktober 2025

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kesadaran kelompok rentan terutama penyandang disabilitas, perempuan dan pemuda dalam mengelola sampah rumah tangga secara berkelanjutan dan inklusif. 



Menurut Penanggung jawab Kegiatan Basri Andang pelatihan ini adalah tindak lanjut dari rencana aksi komunitas dan rencana aksi bersama pelibatan penyandang disabilitas di Kabupaten Luwu dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang dirumuskan tahun 2024 lalu.  

Pelatihan ini juga menjadi wadah kolaborasi lintas organisasi lingkungan hidup, organisasi penyandang disabilitas, dan perguruan tinggi yaitu WANUA LESTARI, DPC PPDI Luwu, Pusat Studi SDGS Unanda, dan Bank Sampah Baruga Yayasan Bumi Sawerigading (YBS) untuk mengintegrasikan nilai-nilai sosial, ekonomi, dan ekologis dalam pelestarian lingkungan. 

Peserta yang hadir berasal dari penyandang disabilitas dan perempuan dari 7 desa yang ada di hilir DAS Suso, Aparat Pemdes, Dinas Lingkungan Hidup, PPDI Luwu, SLB Al Imam, Forhati, Fatayat, Karang Taruna Suli dan Tokoh Masyarakat. 


Tiga narasumber membagikan pandangan berbagai perspektif, pengetahuan dan pengalamannya terkait pengelolaan DAS, pengelolaan sampah yang inklusif dengan peran aktif kelompok disabilitas dan perempuan. 

Dr. Abdul Rahman Nur, SH., MH., akademisi dan pakar hukum lingkungan, menekankan pentingnya pengelolaan DAS berbasis komunitas dengan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta memperkuat kelembagaan lokal sebagai pelaku utama pelestarian lingkungan.

Bakhtiar, Ketua DPC PPDI Kabupaten Luwu, mengajak peserta untuk memastikan pengelolaan sampah membuka ruang bagi kelompok rentan, terutama penyandang disabilitas dan perempuan. Ia menegaskan bahwa inklusivitas bukan sekadar partisipasi simbolik, tetapi keterlibatan nyata dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan lingkungan.

Abdul Malik Saleh, S.T., Praktisi Pengelolaan sampah dari Yayasan Bumi Sawerigading (YBS) Palopo, memaparkan praktik pemilihan sampah dan model Bank Sampah Baruga yang berhasil mengubah sampah menjadi sumber ekonomi melalui konsep 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Regulate, Remind) dan inovasi pengolahan organik berbasis larva Black Soldier Fly (BSF).



Peserta merumuskan rencana aksi konkret di tingkat komunitas atau organisasinya, antara lain: 
Pembentukan dan pelatihan pengurus bank sampah lintas organisasi (Forhati, Fatayat NU, PPDI).
Sosialisasi pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Malela dan Cakkeawo.
Pelatihan pembuatan pupuk cair dari sampah organik di Desa Cimpu dan Buntu Kunyi.
Koordinasi pengelolaan sampah di lingkungan SLB Al-Imam bersama pemerintah setempat.



Basri Andang menyampaikan harapannya terhadap rencana aksi komunitas dan organisasi tersebut dapat menjadi komitmen bersama untuk memperkuat pengelolaan sampah inklusif di wilayah DAS Suso. 

"Inklusivitas dalam pengelolaan sampah bukan hanya tentang kebersamaan, tetapi tentang membangun masa depan lingkungan yang adil, lestari, dan berdaya."pungkas Koordinator Wilayah V PPDI Luwu Raya ini.(*)

Redaksi

Posting Komentar

0 Komentar