Banyaknya penebangan pohon di kawasan hutan untuk dialih fungsikan serta untuk penambangan menyebabkan terjadinya krisis lingkungan. Bukan cuma berdampak pada pemanasan global, bencana banjir hingga tanah longsor juga akan mengancam.
Oleh karena itu, untuk mengembalikan fungsi hutan, dibutuhkan Reforestasi. Reforestasi berarti upaya memulihkan kembali ekosistem hutan yang bisa membutuhkan waktu hingga ratusan tahun.
Tentu kita harus waspada akan akibat deforestasi ini, sebab, hutan memiliki manfaat tak terhingga bagi semua mahkluk hidup di bumi. Melindungi hutan tak semata melindungi habitat satwa dan segala ekosistemnya yang tak tergantikan, tapi juga menjaga sumber daya hayati yang bermanfaat bagi manusia.
Hutan hujan tropis memiliki manfaat tak terhingga bagi mahkluk hidup. Selain sebagai paru-paru dunia, hutan hujan tropis adalah rumah berbagai macam satwa dan tumbuhan hingga menghasilkan produk non-kayu bagi manusia.
Salah satu manfaat hutan adalah berfungsi sebagai paru-paru dunia karena hutan, khususnya hutan hujan tropis, menyediakan oksigen bagi bumi dalam jumlah melimpah. Namun dalam hutan hujan tropis juga ada ekosistem yang kompleks dan keaneka ragaman hayati.
Melansir dari National Geographic, pepohonan besar menyediakan kanopi untuk menjaga temperatur, akarnya kuat “memegang” tanah sehingga mencegah erosi dan meningkatkan kualitas tanah, serta berdasarkan studi yang dikutip dari Chapman University, hutan hujan tropis bertindak sebagai bank karbon karena hutan tropis dapat menyimpan karbon tanah sehingga membantu mencegah dampak parah perubahan iklim.
Di sisi lain, pohon tidak hanya ada untuk ditebang demi mendapatkan kayu, sebab hutan juga menyediakan manfaat non-kayu yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan contoh produk hutan non-kayu itu antara lain makanan dan bahan tambahan makanan (kacang-kacangan yang dapat dimakan, sayuran, jamur, buah-buahan, rempah-rempah, bumbu dan penyedap, tanaman aromatik, hewan buruan, serangga), serat (digunakan dalam konstruksi, furnitur, pakaian atau peralatan), resin, getah, dan produk tumbuhan dan hewan yang digunakan untuk tujuan pengobatan, kosmetik atau budaya.
Reforestasi untuk memulihkan hutan beserta seluruh ekosistemnya wajib dilakukan untuk menghindari bahaya deforestasi proses ini membutuhkan waktu hingga 120 tahun, hingga hutan pulih sepenuhnya.
Reforestasi untuk memulihkan hutan beserta seluruh ekosistemnya wajib dilakukan untuk menghindari bahaya deforestasi.
Reforestasi semakin tergaungkan lantaran maraknya penggundulan hutan tropis untuk membuka lahan bagi kepentingan bisnis dan ekonomi. Bahaya deforestasi yang menyingkirkan satwa dari habitat aslinya di hutan juga akan mengancam kehidupan manusia, misalnya timbulnya penyakit zoonosis.
Contoh, virus Ebola tahun 2014 yang menewaskan 11,000 jiwa di Afrika Barat. Virus Ebola pertama ditularkan kepada seorang anak kecil yang bermain di dekat pohon tempat kelelawar bertengger.
Pada studi tahun 2022 dijelaskan ketika kelelawar kesulitan menemukan habitat yang tepat, mereka akan mendekati lingkungan manusia sehingga penyakit lebih mungkin menyebar.
Untuk mencegahnya, deforestasi harus dihentikan dan diiringi pula dengan pemulihan hutan dan segala ekosistemnya atau reforestasi. Sayangnya, reforestasi memakan waktu yang tidak secepat deforestasi.
Berdasarkan laman EOS Data Analytics, oleh karena waktu pemulihan yang panjang, praktik reforestasi dilakukan dengan penanaman segera setelah hutan ditebang atau di gunduli.
Dibutuhkan sekitar 10 tahun untuk mengembalikan kesuburan tanah setelah hutan digundulkan dan tambahan sekitar 25 tahun untuk mengembalikan struktur dan fungsi hutan. Namun, agar keanekaragaman hayati dalam hutan pulih sepenuhnya, dibutuhkan sekitar 120 tahun.
matacelebes


0 Komentar