Waktu berlalu terlalu cepat bagai anak panah terlepas dari busurnya, kenangan yang menjadi pengalaman hingga masa berganti tak berbekas.
Pagi yang dingin di iringi rintik hujan serta semilir angin sepoi sepoi, di ujung tahun yang kian menipis, kita seperti diajak berhenti sejenak, menarik napas, lalu menoleh ke belakang dan ke sekeliling. Dunia bergerak cepat, kabar datang bertubi-tubi, dan tidak semuanya membawa kabar yang menenangkan.
Namun justru di sanalah makna inspirasi diuji: bagaimana kita membaca peristiwa, lalu memetik hikmah darinya.
Kita mulai dari sebuah nama besar yang telah lama menjadi simbol harapan dan perjuangan: Universitas Gadjah Mada. Kampus yang berdiri pada 19 Desember 1949 ini lahir bukan dari kemewahan, melainkan dari semangat zaman.
Ia merupakan hasil peleburan berbagai sekolah tinggi yang tersebar di Yogyakarta, Solo, hingga Klaten, disatukan oleh cita-cita besar membangun bangsa yang baru merdeka.
Nama Gadjah Mada dipilih bukan tanpa makna. Ia adalah simbol persatuan, keteguhan, dan pengabdian. Nilai-nilai itulah yang kemudian dirumuskan sebagai jati diri UGM: universitas nasional, universitas perjuangan, universitas Pancasila, universitas kerakyatan, dan pusat kebudayaan. Sebuah cita-cita luhur yang seharusnya terus dirawat lintas zaman.
Namun, akhir-akhir ini, ruang publik justru diramaikan oleh kabar yang menempatkan kampus besar itu dalam pusaran polemik. Isu ijazah palsu yang menyeret nama Presiden ke-7 RI membuat UGM kembali menjadi perbincangan luas.
Benar atau tidaknya, biarlah hukum dan fakta yang berbicara. Bagi kita, ini menjadi pengingat bahwa reputasi, seberapa pun besar dan tua usianya, tetap harus dijaga dengan kejujuran dan kejernihan.
Dari dunia akademik, perhatian kita bergeser ke lautan. Di perairan Pulau Pekajang, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, sebuah kapal niaga bernama KM Polo ditemukan terombang-ambing tanpa awak.
“Kapal hantu”, kata warga. Tubuhnya rusak, awaknya lenyap, muatannya masih misteri. TNI AL melalui Lanal Dabo Singkep bergerak cepat mengamankannya.
Peristiwa ini seperti potongan cerita sunyi dari Samudra tentang perjalanan yang entah bagaimana bisa berakhir tanpa jejak manusia.
Di belahan dunia lain, suasana jauh lebih tegang. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menyatakan negaranya berada dalam kondisi perang total melawan Amerika Serikat, Israel, dan Eropa.
Sebuah pernyataan keras yang menggambarkan betapa rapuhnya stabilitas global hari-hari ini. Bahkan ia menyebut kondisi sekarang lebih buruk dibanding perang Iran–Irak pada 1980-an.Dunia kembali diingatkan bahwa perdamaian bukan sesuatu yang bisa dianggap pasti.
Sementara itu, di negeri kita sendiri, alam kembali memberi peringatan. Sepanjang akhir November hingga Desember 2025, bencana hidrometeorologi mendominasi: banjir dan tanah longsor melanda berbagai wilayah, terutama di Sumatera.
Erupsi Gunung Semeru pun kembali terjadi. Seperti yang pernah dilantunkan Ebiet G. Ade, “mungkin Tuhan sudah bosan melihat tingkah kita”, sebuah kalimat sederhana namun menampar kesadaran.
Di tengah kabar besar dan berat itu, kehidupan lokal tetap berjalan. Di Makassar, Wali Kota Munafri baru saja melantik para Ketua RT dan RW se-Kota Makassar di Lapangan Karebosi.
Pesannya sederhana, tapi bermakna: hentikan hiruk-pikuk petasan saat malam pergantian tahun, dan hentikan pula sekat-sekat politik di tingkat paling bawah. “Tidak ada lagi ini orangnya A, itu orangnya B. Sekarang saatnya berkarya,” tegasnya. Sebuah pesan yang terasa relevan untuk kita semua.
Menjelang berakhirnya 2025, hidup seakan menyuguhkan potret lengkap: ilmu dan polemik, laut dan misterinya, perang dan kecemasan global, bencana dan peringatan alam, hingga ajakan sederhana untuk kembali rukun di tingkat kampung.
Semua menyatu dalam satu pelajaran besar: bahwa tahun boleh berganti, tetapi nurani dan tanggung jawab kemanusiaan tak boleh ikut padam.
Semoga pagi ini memberi kita kejernihan berpikir, kelembutan hati, dan tekad untuk menutup tahun dengan lebih bijak, seraya menyiapkan diri menyongsong hari esok dengan harapan berapi api.
Rabu, 31 Desember 2025

0 Komentar