Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

PT.Vale Indonesia punya rekam jejak panjang merusak Lingkungan.


      Foto: Area Konsesi PTVale Indonesia.

Nasional,matacelebes - PT Vale Indonesia Tbk (sebelumnya bernama PT International Nickel Indonesia Tbk) merupakan perusahaan tambang dan pengolahan nikel terintegrasi yang beroperasi di Blok Sorowako, Desa Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. 
PT Vale merupakan bagian dari Vale S.A., perusahaan tambang multinasional asal Brasil.

Perusahaan Tambang yang di Pimpin oleh Bernardus Irmanto sedang dalam sorotan, bukan saja terseret dalam skandal solar murah yang ditengarai raup cuan Rp62,14 miliar berkat kontrak penjualan solar nonsubsidi di bawah harga pokok, PT Vale Indonesia ternyata punya rekam jejak yang panjang dalam perusakan lingkungan.

Dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) memperlihatkan kerusakan besar yang dihasilkan dari kegiatan bisnis perusahaan berkode emiten INCO ini. Mulai dari penggundulan hutan hingga pencemaran sungai, danau dan pesisir.

"Beberapa temuan penting itu termasuk soal penggundulan hutan skala besar di area konsesi yang mempercepat erosi dan sedimentasi sungai. Pencemaran air dan kerusakan ekosistem danau dan pesisir, terutama di Danau Matano, Mahalona, dan Towuti yang menjadi sumber air utama warga," ujar Farhat  (Jatam), Jakarta, Senin (13/10/2025).

Bahkan pada 2018, Vale Indonesia juga merenggut penghidupan petani di Sulawesi Selatan. Aktivitas pertambangannya merusak sejumlah lahan pertanian milik warga sekitar, yang akhirnya mereka terpaksa meninggalkan sawah ladangnya.

Pangkal permasalahan ada di bendung Petea, sebuah sungai sekitar sawah warga yang merupakan bagian dari sistem sungai Larona yang dikelola oleh PT Vale Indonesia. Bendungan tersebut berfungsi sebagai PLTA internal untuk operasional tambang nikel Sorowako.

Lebih jauh Farhat menjelaskan, kebocoran pipa distribusi minyak milik Vale Indonesia di Desa Lioka,  juga menyebabkan kerusakan bagi lingkungan sekitar. Kebocoran  ini terjadi sekitar 20 kilometer dari pabrik pengolahan milik PT.Vale yang berdampak pada pencemaran sungai dan sawah masyarakat sekitar.

"Kebocoran pipa minyak di Kecamatan Towuti beberapa bulan lalu semakin mempertegas bahwa operasi Vale jauh dari kata aman dan tidak steril dari kelalaian teknis serta lemahnya pengawasan lingkungan," kata dia.

Dampak dari tumpahan minyak tersebut bukan saja merusak kualitas air di kawasan Lioka dan Matompi, tapi juga mengganggu rantai pangan masyarakat hingga potensi bahaya jangka panjang akibat tercemar logam berat.

"PT Vale Indonesia merupakan satu dari sekian banyak perusahaan ekstraktif di Indonesia yang melakukan hal serupa, dan betapa pongahnya kekuasaan, karena hanya mementingkan kepentingan modal diatas kepentingan warga negara," tambahnya.

Berdasarkan data Investigasi  lapangan Trend Asia mengungkapkan, setidaknya insiden serupa sudah terjadi lima kali sejak 2009 di Luwu Timur. Tiga kejadian di Laut Lampia pada tahun 2009, 2012, dan 2014, dan dua terjadi di Desa Lioka pada tahun 2010 dan Agustus 2025.

Novita Indri dari Energi Trend Asia mengungkapkan, tumpahan minyak di Desa Lioka, Kecamatan Towuti, Luwu Timur, telah merusak setidaknya 82 hektare sawah, kebun-kebun, empang, dan peternakan milik warga. Dokumentasi Trend Asia juga menemukan berbagai kebocoran berdampak destruktif pada satwa liar, termasuk ikan dan burung.

“Tumpahan lebih dari 90 ribu liter MFO mengular sepanjang 10 kilometer melalui Sungai Koromusilu yang merupakan sumber air penting warga hingga ke muara di Danau Towuti,” kata Novita 

Novita mengatakan Vale di negara Brasil juga memiliki citra buruk, dengan minimnya mitigasi serta tak memiliki system emergency Recovery, berujung jebolnya tanggul di Bento Rodrigues (2015) dan Brumadhino (2019) yang secara total menelan korban jiwa 289 orang dan secara masif mencemari sungai.

Novita menambahkan berdasarkan Data Investigasi pada 2020 di Brasil, telah ditemukan bahwa Vale memalsukan laporan keamanan sepuluh tanggul limbah yang mereka operasikan.


Redaksi

Posting Komentar

0 Komentar