Masamba,matacelebes - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi hujan berintensitas sedang hingga lebat. Peringatan ini disampaikan seiring dengan masuknya sebagian besar wilayah Indonesia ke puncak musim hujan.
Aktivitas atmosfer yang sedang meningkat juga membuat risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang, menjadi lebih tinggi.
Saat ini, sekitar 43,8% wilayah Indonesia atau 306 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim hujan. Sementara puncak musim hujan di Indonesia diperkirakan terjadi secara bertahap mulai November 2025 hingga Februari 2026.
Pada periode Desember 2025 hingga Januari 2026 menjadi fase puncak musim hujan utama bagi sebagian besar wilayah Indonesia yang berpotensi meningkatnya curah hujan tinggi dan bencana hidrometeorologi.
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut,Ketua LSM Mata air, Candra Tom menghimbau pihak Pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan terdampak.
Terkait dengan ancaman bencana hidrometeorologi, musibah banjir bandang pernah terjadi di Luwu utara pada tahun 2020, menerjang Kawasan Pemukiman, Persawahan dan Perkebunan, hingga menelan puluhan orang meninggal, ratusan orang luka luka serta menyengsarakan puluhan ribu warga Luwu utara.
Bencana banjir bandang ini terdampak di 6 Kecamatan yakni Kecamatan Masamba,Sabbang,Baebunta, Baebunta selatan,Malangke dan Malangke barat hingga Bupati Luwu utara atas nama Pemerintah, waktu itu menetapkan Status Tanggap Darurat selama 30 hari.
Letak geografis dengan area ketinggian hingga ke dataran rendah serta beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah Kabupaten Luwu utara, yang apabila intensitas curah hujan sedang hingga deras, dapat mengundang kerawanan ancaman bencana hidrometeorologi berupa banjir dan tanah longsor.
Berdasarkan Pemantauan dan Investigasi LSM Mata air di DAS Kanjiro yang tingkat sedimennya cukup tinggi hingga air sungai meluap di musim hujan, menggenangi desa Batang Tongka Kecamatan Bone bone, membuat warga cukup menderita kehilangan mata pencaharian.
"Luapan air Sungai Kanjiro yang di akibatkan oleh sedimen bahkan di setiap musim hujan, banjir menggenangi perkampungan dan area persawahan hingga menjadi lahan tidur, tidak produktif lagi."kata Candra Tom
Kondisi ini telah lama berlangsung dan sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat, penghasilan warga menurun drastis mengakibatkan kemiskinan bahkan mengancam kerawanan pangan di Desa Batang Tongka. (Okt. 2025)
"Lahan persawahan warga tak bisa lagi di garap sejak beberapa tahun lalu, hal ini karena terlalu seringnya desa ini di terjang banjir akibatnya warga desa kehilangan penghasilan utama dan memaksa harus mencari pekerjaan lain."ungkap Candra Tom.
Selain DAS Kanjiro yang debit airnya meluap menggenangi perkampungan sekitarnya, DAS Masamba dan DAS Baliase juga membanjiri 2 desa di dua Kecamatan.
Dengan curah hujan yang tinggi di hulu, menyebabkan debit air meningkat di Sungai Masamba dan Sungai Baliase serta jebolnya tanggul penahan banjir menyebabkan air menggenangi desa Pattimang Kecamatan Malangke dan Desa Arusu di Kecamatan Malangke Barat.
Dengan ketinggian air yang bervariasi, 40cm hingga 1mtr merendam ruas jalan, area pemukiman, Fasilitas umum dan lahan perkebunan, sangat merugikan warga karena hasil kebun menjadi rusak tak bernilai ekonomis lagi. (Februari 2025)
Pemantauan ke beberapa DAS terus berlangsung dalam wilayah Kabupaten Luwu utara, Tim LSM Mata air kembali menelusuri Daerah Aliran Sungai Rongkong.
Akibat curah hujan yang cukup tinggi di hulu Sungai Rongkong,berimbas meningkatnya debit dan tekanan air hingga menjebol Bendungan, menyebabkan limpahan air sungai menerjang dan menggenangi area pemukiman dan pertanian di desa Lembang Lembang Kecamatan Baebunta selatan Kabupaten Luwu utara. (Okt.2025)
Investigasi dan Pemantauan LSM Mata air pada beberapa DAS dengan menelusuri daerah pedesaan hingga Kecamatan dalam wilayah administratif Kabupaten Luwu utara menyimpulkan, ancaman bencana hidrometeorologi kembali bisa akan terjadi apabila Pihak Pemerintah tidak segera melakukan Pembangunan sarana pencegahan Daya Rusak Air.
Kepala BBWS-Pompengan Jeneberang,Suryadharma Hasyim setelah mengetahui akan banyaknya kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) imbas bencana banjir (Juni 2024) di sejumlah daerah telah membuat desain perbaikan dan berjanji pelaksanaan fisiknya di realisasikan di tahun 2025.
Tetapi hingga sekarang ini janji Suryadharma Hasyim belum terealisasi entah apa sebabnya.
Candra Tom pun menyarankan agar Dinas PU Luwu utara harus aktif melakukan komunikasi dan Kordinasi dengan Dinas PUTR Provinsi Sulawesi selatan serta BBWS Pompengan Jeneberang dalam membahas Pembangunan dan Pemeliharaan Daerah Aliran Sungai yang ada di Kabupaten Luwu utara.(CT)
Redaksi

0 Komentar