Makassar,matacelebes - Kenapa Harus Peduli dengan Nikel?
Nikel, sebuah mineral yang menjadi perhatian sejak adanya permintaan peralihan menuju energi bersih dunia, salah satunya adalah penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicles (EV) yang digadang-gadang menjadi pilihan bersih untuk kehidupan yang lebih lestari. Lalu mengapa kita harus peduli dengan nikel?
Transisi dunia menuju energi bersih, termasuk tuntutan target Perjanjian Paris, menjadikan sektor energi menjadi kekuatan yang sangat penting. Pada akhirnya setiap negara akan mengupayakan pengelolaan mineral dan logam yang dibutuhkan untuk energi terbarukan, teknologi bersih, serta transisi menuju masa depan yang rendah karbon. Mineral dan logam yang dibutuhkan ini disebut sebagai mineral kritis yang terdiri dari nikel, tembaga, kobalt, dan lithium.
Peningkatan permintaan global terhadap mineral-mineral seperti nikel, menjadi potensi besar Indonesia dalam mengelola cadangan nikel yang terbesar di dunia.
Kebijakan hilirisasi Pemerintah Indonesia dengan pelarangan ekspor nikel mentah pada tahun 2020 juga mendorong lonjakan investasi dalam industri pemurnian dan pengolahan nikel di dalam negeri, serta memberikan manfaat nilai tambah kepada produksi nikel Indonesia, sehingga Indonesia berperan sebagai produsen terbesar di dunia, dengan pengembangan produksi pertambangan yang sangat pesat.
Teluk Weda, Halmahera Utara, Maluku Utara.
Sebaran potensi nikel di Indonesia sangat berlimpah, khususnya di Sulawesi dan Halmahera. Kekayaan sumber bijih nikel selanjutnya bisa diproses untuk menghasilkan nikel logam, paduan feronikel, nickel matte, dan nikel sulfat.
Perkembangan industri nikel di Indonesia juga makin pesat didukung oleh investasi dari berbagai perusahaan Tiongkok yang beralih ke nikel Indonesia yang murah dan berlimpah. Investasi yang masuk juga beragam, mulai dari pembangunan fasilitas pemrosesan, hingga peleburan nikel di Indonesia.
Sehingga keluaran nikel yang sebelumnya diekspor dalam bentuk bijih, kini dapat diolah menjadi nikel matte dan feronikel.
Sebagai bahan utama dalam pembuatan stainless steel, baterai, koin, dan mendukung berbagai industri lainnya mulai dari arsitektur, konstruksi, militer, hingga industri elektronik, pengelolaan nikel di Indonesia bukan tanpa masalah.
Permasalahan ekstraksi nikel membutuhkan smelter yang menggunakan tenaga listrik dengan bahan baku batu bara, sehingga berkontribusi besar terhadap pencemaran.
Selain itu, industri penambangan dan pengolahan nikel juga menimbulkan konflik lahan, hilangnya sumber daya alam bagi masyarakat adat, hingga meningkatnya resiko kesehatan masyarakat dan lingkungan akibat masuknya pekerja migran dan penyakit yang terkait dengan pencemaran.
Dengan posisi seperti ini, nikel dan industrinya menjadi sebuah perhatian yang besar karena mendorong aktivitas ekonomi, namun juga memperburuk sengketa lahan, degradasi lingkungan, dan ketegangan sosial, terutama bagi para komunitas lokal yang ada di lokasi penambangan dan industri pengolahan nikel.
Berbagai permasalahan ini tersorot di kawasan Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), yang menjadi salah satu sentra produksi nikel terbesar di dunia. Dengan kondisi kehidupan yang serba beracun, apa saja yang terjadi di sana?
Nexus3 dan Universitas Tadulako meneliti lebih jauh dalam laporan :
“Dampak Lanjutan dari Aktivitas Industri Nikel di Teluk Weda, Halmahera Tengah, Maluku Utara, Indonesia” yang dirilis pada Mei 2025.
Berbagai temuan menjadi sorotan penting bagaimana kondisi aktivitas industri nikel mempengaruhi kualitas air, mengubah sedimen muara sungai, hingga mencemari ikan-ikan yang hidup di Teluk Weda.
Tidak hanya alam saja yang berubah, tapi juga manusia yang mulai terkontaminasi dan membawa logam berat dalam tubuhnya. Bagaimana masa depan Teluk Weda dengan kondisi industri nikel yang semakin masif dan ekstraktif kedepannya? Apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan Teluk Weda di masa depan?
Sumber: Nexus3 foundation
Redaksi
0 Komentar