Matacelebes - Dokumen tentang persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama, telah menjadi bagian untuk pegangan menata dunia yang lebih baik dan lebih beradab. Maka itu ditengah pergolakan nafsu bangsa Yahudi Israel untuk menguasai bangsa dan negara Palestina menjadi penting dan perlu dibuka agar mata dunia dapat lebih jernih dan sejuk menata kehidupan yang tidak lagi boleh mengabaikan bangsa yang lain di belahan dunia manapun. Agustus 08, 2024
Lebih dari itu, Indonesia sendiri -- disamping banyak memperoleh dukungan dari negara dan bangsa Palestina -- juga tegas dan jelas menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
Pernyataan sikap dengan segenap keyakinan bangsa Indonesia nyaris seabad silam ini, tidak cuma menjadi landasan kemerdekaan Indonesia semata, tetapi juga berlaku universal dalam lingkup global yang tidak terbatas di muka bumi.
Memang pertikaian yang disulut Yahudi Israel untuk menganeksasi bahkan merampas negeri Palestina bukan atas dasar agama, tetapi semata-mata nafsu kekuasaan untuk merebut wilayah dan daerah Palestina secara politik untuk membuat negara dengan mencaplok wilayah negara dari bangsa Palestina yang patut bertaruh sampai mati.
Dokumen Abu Dhabi (The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together) yang ditandatangani oleh Paus Fransiscus, Petinggi Agama Katolik sedunia dan Imam Besar Al Azhar, Dr. Ahmad Al Tayyeh di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019.
Di mana sebelumnya telah diawali Konferensi Internasional tentang Persaudaraan Kemanusiaan yang diselenggarakan oleh Majlis Hukama Al-Muslimin yang diketuai Imam Besar Al-Azhar yang beranggota belasan ulama dan cendekiawan dari berbagai negara.
Kisah kemunculan ide Tentang Dokumen Abu Dhabi ini dapat dikatakan bermula atas prakarsa Kerajaan dan Institut Kerajaan Al Bayt untuk pemikiran Islam di Yordania dengan dukungan dari Yang Mulia Raja Abdullah II pada 13 Oktober 2006 bersama 138 Alim Ulama Islam sejagat menandatangani dan melayangkan surat itu kepada Paus Benediktus XVI serta jajaran petinggi dunia berjudul "A Common World (Sebuah Kata Sepakat Antara Kami dan Kamu), tulis Markus Solo Kewuta SVD, tentang Dokumen Tentang Persaudaraan Manusia : Tonggak Sejarah Untuk Perdamaian Dunia ini.
Tanggapan positif Paus Benediktus XVI menyambut surat terbuka Alim Ulama Islam sejagat itu langsung menugaskan PCID membentuk forum bersama dengan 138 Alim Ulama Islam hingga melahirkan Forum Katolik-Muslim (Catholik-Muslem Forum, CMF) bertemu pada 4-6 November 2008 di Vatikan untuk membahas "A Common World) menjadi dasar pijakan rekonsiliasi, saling memahami dan untuk saling menghormati dalam dialog antara umat Kristen dan umat Islam.
Realitasnya hari ini pertumpahan darah di Palestina dan menegangnya hubungan antara berbagai negara dengan negara lain di seluruh kawasan bumi, seakan sedang menunggu waktunya yang pasti.
Ide perdamaian dan persaudaraan antar bangsa di dunia inilah yang sudah sejak lama ingin diwujudkan GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) sejak didirikan pada 25 tahun silam oleh Gus Dur, Susuhunan Paku Buwono XII, Dr. (HC) KH. Habib Chirzin, Bsnthe Pannsvaro Mahathera dan Sri Eko Sriyanto Galgendu bersama sejumlah tokoh lain dengan merancang pertemuan antar bangsa di Indonesia dalam waktu dekat.
Melihat ancaman perpecahan akibat pertikaian di dunia yang semakin meruncing memerlukan langkah yang lebih arief untuk tidak mengumbar nafsu serakah seperti yang telah memicu peperangan secara fisik maupun perang dalam bentuk lain, yang terselubung, melalui ekonomi hingga budaya.
Swara Ham Indonesia News,Com
Banten, 6 Agustus 2024
0 Komentar