Jakarta,matacelebes – PT Gag Nikel berencana merevisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) produksi bijih nikel menjadi 4 juta ton basah atau wet metric ton (wmt) pada 2026 untuk konsesi tambang di Pulau Gag, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya.
Anak usaha PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam itu sebelumnya telah mendapat persetujuan RKAB dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun ini sebesar 3 juta wmt.
“Kita lagi proses ya revisi [RKAB] dari 3 juta naik ke 4 juta [masih] proses. Cuma enggak tahu di situasi [saat] ini kan sekarang tadi mungkin akan dimulai pengawas,” kata Plt Direktur Utama Gag Nikel Arya Arditya Kurnia dalam media briefing, Selasa (10/6/2025) petang.
Kementerian ESDM sebelumnya telah memberikan kuota produksi untuk 3 juta wmt pada 2024 untuk Gag Nikel. Selanjutnya, kuota produksi bijih nikel yang sama masing-masing 3 juta wmt diberikan untuk alokasi 2025 dan 2026.
“RKAB pada 2025 yang diberikan hanya PT Gag Nikel yang lainnya tidak diberikan,” kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat memberi keterangan pers di Istana Negara, Selasa (10/6/2025).
Meskipun Gag Nikel tidak termasuk dalam daftar penambang di Raja Ampat yang dicabut izin tambangnya kemarin, Bahlil memastikan pemerintah bakal tetap memperketat pengawasan operasi tambang yang dikerjakan anak usaha Antam itu.
Bahlil beralasan Gag Nikel telah menjalankan proses penambangan sesuai dengan kaidah analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).
“Gag Nikel melakukan proses penambangan yang menurut hasil evaluasi tim kami itu bagus sekali, sesuai dengan Amdal karena itu juga adalah bagian dari aset negara,” kata Bahlil.
PT Gag Nikel melaporkan telah memproduksi bijih nikel sebanyak 15,6 juta wmt dalam kurun 2018—2024. Perinciannya pada 2018 produksi Gag Nikel mencapai 913.000 wmt atau setahun setelah perusahaan memperoleh izin operasi produksi.
Kemudian, produksi tersebut meningkat menjadi 1,77 juta ton pada 2019, tetapi turun menjadi 1,16 juta ton pada 2020 akibat pandemi Covid-19.
Pada 2021, produksi melonjak hingga menyentuh puncaknya di angka 3 juta wmt. Angka ini sedikit menurun menjadi 2,78 juta wmt pada 2022, sebelum kembali ke level 3 juta wmt dua tahun setelahnya yakni pada 2023 dan 2024.
Adapun, penjualan Gag Nikel mencapai hampir 100% dari total produksi, yakni sebesar 15,4 juta wmt pada kurun 2018 hingga 2024.
PT Gag Nikel mengantongi kontrak karya (KK) generasi VII dengan luas wilayah 13.136 hektare (ha). Kontrak karya itu telah memasuki tahap Operasi Produksi berdasarkan SK Menteri ESDM No.430.K/30/DJB/2017.
Surat keputusan itu dikeluarkan oleh Menteri ESDM kala itu Ignasius Jonan. Lewat keputusan itu, PT Gag Nikel memiliki konsesi sampai 30 November 2047.
Berdasarkan data milik Antam per Agustus 2024, Gag Nikel mencatat cadangan bijih nikel mencapai 59 juta wmt. Sementara itu, potensi sumber daya dari tambang di Pulau Gag itu mencapai 318 juta wmt.
Aset tambang Antam di pulau Gag itu sempat membetot perhatian publik selepas Greenpeace Indonesia menuding bahwa praktik tambang nikel merusak ekosistem di Raja Ampat.
Selain Pulau Gag, Greenpeace mengeklaim pulau kecil lain di sekitar Raja Ampat turut rusak akibat akvititas tambang nikel di sana, di antaranya Pulau Kawe dan Pulau Manuran.
Menurut analisis Greenpeace, aktivitas tambang nikel di ketiga pulau itu telah membabat lebih dari 500 ha hutan dan vegetasi alami khas. Sejumlah dokumentasi yang dibikin memperlihatkan adanya limpasan tanah yang memicu sedimentasi di pesisir.
Menyusul polemik tersebut, pemerintah hari ini mengumumkan pencabutan 4 IUP di kawasan Raja Ampat.
Keempat IUP itu di antaranya milik PT Kawei Sejahtera Mining di Pulau Kawe, PT Mulia Raymond Perkasa di Pulau Batang Pele dan Pulau Manyaifun, PT Anugerah Surya Pratama di Pulau Manuran dan PT Nurham di Pulau Yesner Waigeo Timur.
Sumber: Bloomberg
0 Komentar